Rabu, 13 Juni 2012

belajar tajwid


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segalalimpahan rahmat dan karunia-Nya kepada Tim penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini ´.
Penulis menyadari  bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunanTuhan Ynag Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih sangat haugdaru kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya.
Namun, demikian tim penulis telah baru berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesaidengan baik dan oleh karenanya tim penulis dengan rendah hati dan dengan terbuka menerimamasukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.









BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang sangatpenting dalam kehidupan. Baik dalam kehidupan keluarga, maupun dalam kehidupan bangsa dan Negara. Maju mundurnya suatu bangsa besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan di Negara itu.
Rosullullah SAW menganjurkan kepada umatnya untuk mencari ilmu. Salah satu ilmu yang diprioritaskan oleh beliu adalah ilmu bahasa arab. Hal ini sesuai dengan dengan sabdanya;
yang artinya : pelajarilah ilmu bahasa arab, dan ajarkanlah kepada para manusia.
Berdasarkan hadist di atas secara tidak langsung kita seakan-akan diwajibkan untuk mempelajarinya . berbicara bahasa arab tidak lepas dari istilah tajwid.
Di dalam ilmu tajwid ada beberapa hal yang perlu di pelajari, yakni hukum bacaan mim mati dan mim bertsydid.

B.     Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mempunyai landasan – lanfasan yang terangkum dalam rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apakah definisi mim mati dan pembagiannya ?
2.      Apakah definisi mim bertasydid ?
3.      Apa pengertian nun bertsydid ?







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi mim mati dan pembagiannya
Hukum bacaan Mim mati yaitu jikalau ada huruf mim mati bertemu dengan salah satu huruf hija’iyah itu terbagi menjadi tiga bacaan, diantaranya :
1.      Ikhfa’ syafawi
Ikhfa’ syafawi yaitu ketika ada mim mati bertemu dengan huruf ba’ (   ), cara membacanya harus disuarakan samar – samar di bibir dan di dengungkan[1].
Misalnya :

 بحجارة : م - بترميهيم        
harus dibaca  TARMIE-HIMMBICHIJAAROH, tidak boleh di baca TARMIE-HIM-BICHIJAAROH

ان ربهم بهم : م – ب
Harus dibaca INNA ROBAHUMMBIHIM, tidak boleh dibaca INNA ROBBAHUM-BIHIM

Contoh :
ياتيكم بماء معين[2]

ما صاحبمكم بمخنون[3]

2.      Idghom ma’al ghunnah
Hokum bacaan di sebut Idghom ma’al ghunnah yaitu ketika ada mim mati bertemu dengan huruf mim (   ), cara membacanya adalah sebagai menyerukan mim rangkap atau di tasydidkan[4].
Misalnya :

اليكم مرسلون : م – م
harus di baca ILAIKUMMURSALUUN, tidak boleh dibaca ILAIKUM-MURSALUUN

Contoh lain :
اطعمهم من جوع و امنهم من خوف[5]

على قلوبهم ما كانوا[6]

3.      Idhzar syafawi
Syafawi asal kata syafatun yang artinya bibir.
Hokum bacaan di sebut Idhzar syafawi yaitu ketika ada mim mati (   ) berhadapan dengan salah satu huruf hija’iyah  selain mim (   ) dan ba’ (   )[7]. Membacanaya mim disuarakan dengan terang dan jelas di bibir serta mulut tertutup, dan harus lebih di perjelas lagi bila mim mati bertemu wawu dan fa’.
Misalnya :

مملوكا :م – ل Harus dibaca MAM-LUUKAN tidak boleh dibaca
MAMMLUUKAN.

 هم فيها : م - فHarus dibaca HUM-FIIHA dan tidak boleh dibaca HUMMFIIHA.

Contoh contoh dalam kalimat :

واذا قيل لهم لا ةفسدوا في الارض[8]

افلمم تكن ئيتي تتلى عليكم[9]

B.     Definisi mim bertsydid
Mim bertasydid yaitu dimana ketika ada huruf mim yang bertasydid maka wajib di hukumi bacaan ghunnah (berdengung)[10].
Contoh :
لكم دينوكم و لي دين[11]

C.     Definisi Nun bertsydid
Nun bertasydid yaitu dimana ketika ada huruf nun yang bertasydid maka wajib di hukumi bacaan ghunnah (berdengung)[12].
Contoh :
ان الله غفور رحيم[13]
ان الله مع الصبيرين[14]










BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Hukum bacaan Mim mati yang bertemu dengan salah satu huruf hija’iyah itu terbagi menjadi tiga bacaan, diantaranya : ikhfa’ syafawi, idghom ma’al ghunnuah dan idzhar syawafi, adapun mimi dan nun bertasydidi itu di hukumi bacaan ghuunah (mendengung)
B.     Saran
Dengan adanya makalah ini penulis mengarahkan semoga kita sebagai makhluq ciptaan Allah SWT bisa mengenal tata cara baca Al Qur’an, karena mempelajari ilmu Al Qur’an merupakan ibadah, mungkin itu saja yang bisa di curahkan oleh penulis.
C.     Penutup
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, penulis mengakui bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu kritik serta saran dari pembaca yang budiman kami nantikan terutama dari Bapak dosen pengampu Mata Kuliah BBTQ Bapak Ma’mun, M.Si. dan atas kritik atau saran tersebut penulis sampaikan banyak terima kasih, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua amiin.















MAKALAH HUKUM MIM MATI
MIM BERTASYDID DAN NUN BERTSYDID
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah              : BBTQ
Dosen Pengampu      : Ma’mun, M.Si



 








Oleh :
NAMA                                         NIM
1.      CHASAN MASHURI          : 116013940
2.      MUSTIKOWATI                 : 116013941
3.      HETTI SUSANTI                 : 116013944


FAKULTAS  AGAMA  ISLAM
UNIVERSITAS  WAHID HASYIM SEMARANG
2012


Daftar Pustaka

Al Qur’annul Karim, Bandung, PT Al Ma’arif, 1984
KH Ahmad Muthahar, Syifa’ al-jannan, Surabaya: Al- Maktabah al-Ashariyah, 179 M
Abdullah Asya’ari BA, Pelajaran Tajwid, Surabaya : Apollo Lestari, 1987 M

















DAFTAR  ISI


HALAMAN JUDUL
……………………………………………………….  
i
HALAMAN KATA PENGANTAR
………………………………………
ii
HALAMAN DAFTAR ISI
…………………………………………………
iii
BAB I
:
PENDAHULUAN ……………………………………………..
A.    Latar Belakang Masalah …………………………………….
B.     Rumusan Masalah …………………………………………..
1
1
1
BAB II
:
PEMBAHASAN ………………………...................................
A.    Definisi mim mati dan pembagiannya …………………......
1.      Ikhfa’Syafawi.... ………………………………………..
2.      Idghom ma’al ghunnah... ……………………………….
3.      Idzhar Syafawi.............…………………………………
B.     Definisi mim bertsydid .....................................................
C.     Definisi Nun bertsydid ………………………………...........


2
2
3
4
5
BAB V
:
PENUTUP ……………………………………………………..
A.    Kesimpulan, ………………………………………………...
B.     Saran  ………………………………………….……………
C.     Kata Penutup ………………………………….……………

6
6
6
6







DAFTAR  PUSTAKA  ………………………………………………………..       7



[1] Abdullah Asya’ari BA, Pelajaran Tajwid, Surabaya : Apollo Lestari, 1987 M
[2] KH Ahmad Muthahar, Syifa’ al-jannan, Surabaya: Al- Maktabah al-Ashariyah, 179 M
[3] KH Ahmad Muthahar, Syifa’ al-jannan, Surabaya: Al- Maktabah al-Ashariyah, 179 M
[4] Abdullah Asya’ari BA, Pelajaran Tajwid, Surabaya : Apollo Lestari, 1987 M
[5] Al Qur’annul Karim, Bandung, PT Al Ma’arif, 1984
[6] Al Qur’annul Karim, Bandung, PT Al Ma’arif, 1984
[7] KH Ahmad Muthahar, Syifa’ al-jannan, Surabaya: Al- Maktabah al-Ashariyah, 179 M
[8] Al Qur’annul Karim, Bandung, PT Al Ma’arif, 1984
[9] Al Qur’annul Karim, Bandung, PT Al Ma’arif, 1984
[10] KH Ahmad Muthahar, Syifa’ al-jannan, Surabaya: Al- Maktabah al-Ashariyah, 179 M
[11] Al Qur’annul Karim, Bandung, PT Al Ma’arif, 1984
[12] KH Ahmad Muthahar, Syifa’ al-jannan, Surabaya: Al- Maktabah al-Ashariyah, 179 M
[13] Al Qur’annul Karim, Bandung, PT Al Ma’arif, 1984
[14] Al Qur’annul Karim, Bandung, PT Al Ma’arif, 1984
`

Tidak ada komentar:

Posting Komentar